Ciri ciri Franchise sejati

Ciri ciri Franchise sejati

Ciri ciri Franchise sejati


Franchisee adalah orang yang membeli hak guna merk (brand) dari franchisor pusat. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi franchisee sukses. Ini adalah harga mati yang harus dipenuhi, tidak peduli Anda bermodal besar, menengah atau malah pas-pasan. Syarat tersebut diantaranya adalah:

1. Menyukai jenis bisnis atau usaha yang dipilih.

Anda mau ambil waralaba makanan cepat saji tapi malah benci setengah mati sama dunia masak-memasak. Eits! Mungkin Anda berada di dunia yang salah. Kalau Anda nggak bisa masak itu wajar, tapi kalau sampai alergi masuk dapur produksi itu yang dilarang. Logikanya, bagaimana kita bisa memiliki ekspektasi tinggi terhadap hal-hal yang kita hindari dan tidak kita dukung. Apa yang Anda sukai seringkali Anda akan suka rela meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk melakukannya.

2. Menyukai jenis produk yang dijual.

Ini masih ada hubungannya dengan pembahasan nomor 1. Suka produk, atau minimal pernah mencoba makan, adalah penting supaya kita tahu taste yang standard dan bisa membedakan dengan yang tidak standard. Dalam kegiatan operasional sehari-hari Anda sekali waktu dituntut mencoba makan langsung produk yang dijual supaya bisa mengontrol standard yang ditetapkan oleh franchisor pusat.

3. Bersedia untuk bekerja keras dan berperan aktif dalam mengoperasikan bisnis waralaba.

Kalau ada franchisee yang berpikiran bisa langsung kaya dengan beli hak waralaba lalu leyeh-leyeh di rumah, itu salah besar. Big Mistake! Bisnis is bisnis. Tetap dibutuhkan kerja keras kedua belah pihak supaya meghasilkan keuntungan maksimal. Seringkali terjadi franchisee makanan cepat saji berpangku tangan dan menyerahkan sepenuhnya kepada franchisor. Yang terjadi bisa ditebak, usaha tersebut tidak berjalan lancar dan tinggal tunggu waktu untuk gulung tikar.

4. Berkomitmen untuk mematuhi standarisasi bisnis waralaba.

Quote:Standarisasi diperlukan untuk menciptakan keseragaman rasa, tampilan dan pelayanan. Ibaratnya kalau kita beli pizza di Surabaya dan di Ambon rasanya memiliki standard yang harus dipatuhi. Lokalisasi menu boleh saja terjadi, namun standard rasa harus tetap terjaga. Inilah yang membedakan bisnis waralaba dengan penjual keliling kampung. Produk harus terjaga resepnya, layanan harus sama dan memiliki setting dekorasi dan kemasan produk yang telah ditentukan oleh pihak franchisor.

5. Memahami keuntungan dan resiko bergabung dengan bisnis waralaba.

Tidak ada satu pun bisnis yang tidak memiliki resiko. Termasuk dalam hal ini adalah bisnis waralaba. Meskipun sistem telah teruji keampuhannya selama bertahun-tahun, tetap saja resiko mengalami kerugian bisa terjadi terhadap franchisee. Menyikapi hal ini, perlu adanya kesepahaman antara kedua pihak bahwa kerjasama harusnya saling menguntungkan. Kalaupun sampai mengalami kerugian, hal ini bisa diantisipasi sejak jauh-jauh hari agar tidak mempengaruhi kinerja usaha secara umum.

6. Memiliki investasi dana yang cukup.

Dana yang cukup disini bisa berarti bahwa modal yang dimiliki bisa menjamin kelangsungan operasional selama beberapa bulan awal berjalannya usaha. Seperti kita ketahui bersama, untuk tiga bulan pertama usaha waralaba pada umumnya keuntungan tidak maksimal, atau bahkan merugi. Ini dimaklumi karena kita masih butuh pembelian peralatan dan perlengkapan kerja, promosi produk dan menu baru yang berupa diskon, potongan harga dan kupon, promosi lokal untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat sekitar dan lain-lain.

Jika dana yang dimiliki ngepress, pas-pasan atau malah mepet, yang sering terjadi adalah franchisee mengalami kesulitan uang kas. Jika franchisor bersedia memberi pinjaman lunak berupa pembelian kredit bahan-bahan untuk produksi, ini mungkin hanya menjamin beberapa waktu saja. Seterusnya kalau keuangan franchisee tidak kunjung membaik, justru akan memberatkan keuangan franchisor pusat.